Senin, 17 November 2008

Adam, Arib dan Turis Palsu

Terdengar bunyi bel tanda untuk pulang.
"Arib tunggu!'' teriak adam. Arib hanya menoleh kaku.
"Maaf aku kemarin buru - buru pulang!''kata adam.
Arib tetap diam dan meneruskan langkahnya lagi. Besoknya Arib tidak masuk. Adam mengira dia mungkin sakit. Hampir satu minggu Arib tidak masuk, Adam mulai cemas. Apalagi dia mendengar kabar dari Chika kalau dia telah melihat Arib sedang bekerja di dermaga. Sepulang sekolah Adam lalu maenceritakan semuanya pada ayahnya.
Ayah Adam dan Adam lalu menyusun sebuah rencana.
Sabtu sore sebuah ferry merapat di dermaga. Beberapa anak termaksud Arib menawarkan jasa kepada para penumpang yang turun. Sayangnya sore itu Adam tidak kebagaian pelanggan. Teman - temannya sudah ke luar dermaga dengan memikul barang.
Arib teringat dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemulung.Juga ibunya yang sedang menjajakan kue keliling. Tiba - tiba ada tepukan lembut dibahu Arib. Seorang laki - laki tinggi berdiri di sampingnya. Seperti turis amerika latin yang berkulit hitam.
"Helo, Mister.'' sapa Arib. Di daerah itu memang ada banyak turis asing.
"Halo juga,'' jawab turis itu dengan logat Indonesia yang sempurna.
"Tolong kamu bawakan bungkusan saya, ya!''turis itu menunjuk sebuah kardus kecil di sudut dermaga. Arib segera mengangkat barang yang tidak terlalu berat itu.Turis itu lalu menuju ke sebuah kafe.
"Tunggu ya, saya mau menukar uang.'' kata turis itu sambil melangkah ke kafe.
Setelah lama Arib menunggu, Arib mulai curiga.
"Jangan - jangan isi kardus ini.....?''terbayang hal - hal yang menakutkan di benak Arib. Akhirnya dengan hati -hati Arib membuka kardus itu. Ternyata isinya hanya beberapa lusin buku, dan sehelai kertas kecil bertulisan:
Arib, pakailah buku ini untuk meneruskan sekolahmu. Dari seorang turis.
Arib menggaruk kepala bingung. Di antara buku - buku itu, ia menemukan sepucuk amplop. Ketika dibuka, ada sejumlah uang di dalamnya. Juga sepucuk surat Arib membacanya.....
Rib, maafkan kalau caraku ini tidak berkanan di hatimu. Aku tidak tahu kenapa kamu tidak sekolah. Kalau karena kamu malas, aku ingin memberimu semangat lewat cara ini. kalau karena kamu tidak punya biaya, pakailah uang ini untuk keperluanmu. Yang penting, kembalilah sekolah.
Salam dariku
Seninnya Arib masuk kembali. Tunggangan uang sekolah, uang ekskul, sudah ia lunasi. Ternyata Arib tidak boleh masuk sebelum tunggangan - tunggangan itu dilunasi. Saat istirahat ia menghampiri Adam.
"Surat itu dari kamu, ya, Dam?'' tanya Arib. Adam tersenyum.
"Lantas turis itu....?''
"Ayahku....,''senyum Adam semakin lebar
Rasa haru dan gembira berbaur menjadi satu. Arib tak bisa mengucapkan terima kasih dengan kata - kata. Sebutir air bening menggenang di pelupuk matanya, melebihi sejuta kata terima kasih.


Oleh :

Nama : Enggar Kabisafira P
No absen : 08
Kelas : 7A SBI

Tidak ada komentar: